Kamis, 22 Januari 2015

STATISTIKA

            Suatu hari seorang anak kecil disuruh ayahnya membeli sebungkus korek api dengan pesan agar tidak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama kemudian anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang bereri - seri, menyerahkan kotak korek api yang kosong, dan berkata, " Korek api ini benar - benar bagus pak semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala."
Kita lihat di pinggir - pinggir jalan para "ahli matematika kaki lima" menguraikan rumus - rumusnya dalam meramalkan nomor yang akan menang, campuran antara metafisika, astrologi, astral dab 1001 omonga kosong (serta banyak lagi dalil - dalilnya termasuk sistem analisis dan input - input Leontief).
sekitar tahun 1645, seorang ahli matematika amatir, Chevalier de Mere, mengajukan beberapa permasalahan  megenai judi semacam ini kepada seorang ahli matematika Prancis Blaise Pascal (1623 - 1662), Pascal, seorang jenius dalam bidang matematika, dalam umur 16 tahun telah menghasilkan karya - karya ilmiah yang mengagumkan, dan Descartes (1596-1650) pernah dikatakan tidak percaya bahwa karya - karya tersebut dihasilkan oleh anak semuda itu. Pascal tertarik dengan permasalahan yang berlatar belakang teori ini dan kemudian mengadakan korepondensi dengan ahli matematika Prancis lainnya Pierre de Fermat (1601-1665), dan keduanya mengembangan cikal bakal teori peluang.
Dikisahkan bahwa Descartes , ketika mempelajari hukum di Universitas Poitiers antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan teman - teman yang suka berjudi, namun Descartes kebanyakan menang karena dia pandai menghitung peluang.
peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teorin mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar - dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang.
Konsep statisika sering dikaitkan dengan distribusi varibel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham Demoivre (1667-1754)mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error). Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep Demoivre dan simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal;sebuah konsep yang mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis Galton (1822-1911), dan Karl Pearson (185-1936).
Sekiranya hipotesis itu didukung oleh fakta - fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan maka hipotesis itu ditolak. Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus - kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan induktif pada  hakikatnya berbeda dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis - premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premis - premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu mempunyai peuang untuk benar. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang ini dengan eksak. Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan asas yang sangat sederhana, yakini makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar - benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Terlepas dari semua itu maka dalam penarikan kesimpulan secara induktif kekeliruan memang tidak bisa dihindarkan. Diatas semua ini statistika memberikan sifat yang pragmatis kepada penelahaan keilmuan. Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, di mana tanpa statistik hal ini tak mungkin dapat dilakukan. Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif.

Karakteristik Berpikir Induktif ,Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif merupakan suatu hal yang pasti , dimana jika kita mempercayai premis - premis yang dipakai sebagai landasan penalarannya, maka kesimpulan penalaran tersebut juga apat kita percayai kebenarannya sebagaimana kita mempercayai premis - premis terdahulu. Statistik merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut. Kegiatan ilmiah memerlukan penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan. Penelitian pada dasarnya merupakan pengamatan dalam alam empiris apakah hipotesis ersebut memang didukung oleh fakta - fakta. Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering sekali dilupakan orang