STATISTIKA
Suatu
hari seorang anak kecil disuruh ayahnya membeli sebungkus korek api dengan
pesan agar tidak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama kemudian
anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang bereri - seri, menyerahkan
kotak korek api yang kosong, dan berkata, " Korek api ini benar - benar
bagus pak semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala."
Kita lihat di pinggir - pinggir jalan para "ahli
matematika kaki lima" menguraikan rumus - rumusnya dalam meramalkan nomor
yang akan menang, campuran antara metafisika, astrologi, astral dab 1001 omonga
kosong (serta banyak lagi dalil - dalilnya termasuk sistem analisis dan input -
input Leontief).
sekitar tahun 1645, seorang ahli matematika amatir,
Chevalier de Mere, mengajukan beberapa permasalahan megenai judi semacam ini kepada seorang ahli
matematika Prancis Blaise Pascal (1623 - 1662), Pascal, seorang jenius dalam
bidang matematika, dalam umur 16 tahun telah menghasilkan karya - karya ilmiah
yang mengagumkan, dan Descartes (1596-1650) pernah dikatakan tidak percaya
bahwa karya - karya tersebut dihasilkan oleh anak semuda itu. Pascal tertarik
dengan permasalahan yang berlatar belakang teori ini dan kemudian mengadakan
korepondensi dengan ahli matematika Prancis lainnya Pierre de Fermat (1601-1665),
dan keduanya mengembangan cikal bakal teori peluang.
Dikisahkan bahwa Descartes , ketika mempelajari hukum
di Universitas Poitiers antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan
teman - teman yang suka berjudi, namun Descartes kebanyakan menang karena dia
pandai menghitung peluang.
peluang yang merupakan dasar dari teori statistika,
merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi
dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teorin mengenai kombinasi bilangan
sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam
lingkup teori peluang. Begitu dasar - dasar peluang ini dirumuskan maka dengan
cepat bidang telaahan ini berkembang.
Konsep statisika sering dikaitkan dengan distribusi
varibel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham Demoivre
(1667-1754)mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error). Pierre
Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep Demoivre dan simpson ini
lebih lanjut dan menemukan distribusi normal;sebuah konsep yang mungkin paling
umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori
peluang. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan
Francis Galton (1822-1911), dan Karl Pearson (185-1936).
Sekiranya hipotesis itu didukung oleh fakta - fakta
empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya.
Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan maka hipotesis
itu ditolak. Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus - kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan induktif
pada hakikatnya berbeda dengan penarikan
kesimpulan secara deduktif. Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang
ditarik adalah benar sekiranya premis - premis yang dipergunakannya adalah
benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam
penalaran induktif meskipun premis - premisnya adalah benar dan prosedur
penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu mempunyai peuang untuk
benar. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung
tingkat peluang ini dengan eksak. Penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang
harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan
asas yang sangat sederhana, yakini makin besar contoh yang diambil maka makin
tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan
kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara
dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar - benar terkait
dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Terlepas dari semua itu maka dalam
penarikan kesimpulan secara induktif kekeliruan memang tidak bisa dihindarkan.
Diatas semua ini statistika memberikan sifat yang pragmatis kepada penelahaan
keilmuan. Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, di mana tanpa statistik hal ini tak
mungkin dapat dilakukan. Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama
dalam penarikan kesimpulan induktif seperti matematika dalam penarikan kesimpulan
secara deduktif.
Karakteristik Berpikir Induktif ,Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif
merupakan suatu hal yang pasti , dimana jika kita mempercayai premis - premis
yang dipakai sebagai landasan penalarannya, maka kesimpulan penalaran tersebut
juga apat kita percayai kebenarannya sebagaimana kita mempercayai premis -
premis terdahulu. Statistik merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk
menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut. Kegiatan
ilmiah memerlukan penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan. Penelitian
pada dasarnya merupakan pengamatan dalam alam empiris apakah hipotesis ersebut
memang didukung oleh fakta - fakta. Penguasaan statistika mutlak diperlukan
untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering sekali dilupakan orang.